Yang namanya zaman memang sudah berubah dari zaman prasejarah, penjajahan, orla, orba bahkan zaman reformasi. Selalu saja ada bekas mental yang melekat pada hati anak negeri ini, ribut, sok hebat, ingin dihormati dan disegani. Adu otot dan sikap mudah dipecah belah lantaran gengsi dan harga diri sendiri maupun kelompok.
Warisan mental jebot yang masih ada dihati anak negeri ini, entah karena terlalu lama dijajah atau emang karena yang tua juga memberi contoh yang tidak bener. Tawuran pelajar bukan hanya ada sekarang, sejak beberapa zaman kebelakangpun sudah ada, jadi gak heran karena yang katanya politikus, penegak hukum juga selalu memberi contoh yang gak bener, entah tawuran fisik maupun tawuran fisiologis.
Nyawa melayang disaat mengenyam pendidikan entah itu SD, SMP, SMU bahkan mahasiswa rasanya sia sia. Karena gengsi tinggi membela nama sekolah, fakultas bahkan universitas emosi jadi meledak. entar setelah selesai juga ikut terbawa apalagi yang sudah mengakar atas nama balas dendam, rasa benci, dan ego pribadi.
Sangat disayangkan, yang tua tua juga kadang memberi contoh yang tidak baik, sifat jelek bangsa ini cuma satu yaitu mudah dihasut dan diadu domba, inilah kelemahan yang selalu dipakai penjajah dan membuat penjajah negeri ini sampai berabad abad.
Entah karena keragaman culture dan budaya adat bangsa ini yang beragam ragam atau emang agama yang jadi benteng seseorang sudah tidak kokoh lagi, selalu ada korban untuk harga diri. tawuran antar pelajar bukan masalah ringan, berhasil tidak sebuah sekolah yang harusnya mencetak manusia berkualitas dan berguna itu yang harusnya jadi tauladan.
Yang ada sekarang khan gengsi tinggi antara sekolah bonafit dan sekolah kampungan. Yang bonafit merasa sekolahnya berisi manusia super, super kaya, super pinter, super mahal, super paling bagus, mulai putih merah, putih biru bahkan putih abu abu.
Yang harusnya ditindak rasanya pendidik yang harusnya mendidik anak didiknya, pendidikan tidak hanya dilingkungan sekolah, bukan juga nilai akademik tujuan utama tapi mental bangsa yang besar yang saling menghargai. sekolah aktor tawuran pasti sudah melekat pada suatu sekolah yang selama ini menjadi biang keributan.
Guru sekarang harusnya jangan cuma memlalui penyaringan melalui tes CPNS belaka yang biasanya bisa diakali dengan sogok menyogok uang tertentu agar diterima menjadi PNS guru pendidik, karena guru adalah mereka yang membentuk dasar mental siswa didiknya, bayangin 12 tahun kita dibangku sekolah belum lagi jika kita meneruskan diuniversitas rasanya sudah cukup membentuk manusia berkualitas dan berbudi luhur.
Adat suku dan ras biasa juga terbawa pada bangsa ini yang bisa menjadi akar pemicu, itulah tadi yang harus dibenahi disekolah dari mental bangsa terjajah jadi mental bangsa terdepan yang tidak mudah dipengaruhi dipecah belah dan diadu domba, jangan sekolah cuma untuk menghabiskan kurikulum mata pelajaran saja apalagi cuma sekolah pencetak aktor tawuran dan premanisme.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.